Sabtu, 17 Mei 2014

Makalah Arsitektur 4 : Kenyamanan Visual dalam Persepsi Pengguna Toko Buku Shopping di Yogyakarta



Kenyamanan Visual dalam Persepsi Pengguna Toko Buku Shopping di Yogyakarta
Oleh : R. Puspito Harimurti, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Politeknik Negeri Pontianak


1.1.  Pendahuluan

Toko buku shoping pada awalnya berada di jalan senopati dan merupakan lahan yang dikelola oleh bapak Onggohartono yang  disewakan kepada sejumlah pedagang yang menempati area di dan di sekitar bioskop Soboharsono.  Dengan adanya program peremejaan kawasan shoping senter oleh Pemda Kota Yogyakarta serta adanya proyek Taman Pintar, Toko buku Shopping ini mengalami relokasi dan peremejaan dan menempati lokasi barunya yang sekarang ditempati






Gambar 1.1. Lokasi Toko Buku Shopping Lama
(sumber : www.Wikimapia.org)


Toko buku shopping, kini berada pada sebuah gedung dua lantai yang merupakan bagian dari kompleks taman pintar yang dikelola oleh Pemda kota Yogyakarta. Toko buku shopping, mulai beroperasi sejak tahun 2004 dan peresmiannya pada awal tahun 2005. bangunan ini memiliki dua lantai dengan sekitar 110 kios buku.
Para pedagang yang berjualan di toko buku shoping, sebagaian besar adalah para pedagang lama yang membeli kios di toko buku shoping baru.



1.2. Deskripsi Kasus
a. Letak dan Luasan
Toko buku shoping baru, menempati lahan dengan luas sekitar 600 meter persegi dan berbatasan dengan :
  1. Sebelah barat : gedung utama Taman Pintar
  2. Sebelah timur : Jalan Sriwedari
  3. Sebelah Utara : Gedung  Sonobudoyo
  4. Sebelah selatan : Jalan Senopati




Gambar 1.2. Toko Buku Shopping Baru
Sumber : Data pengamatan Lapangan

b. Pola Penataan Ruang dan Sirkulasi
Pola penataan ruang toko buku shoping, mengikuti suatu pola grid yang teratur. Pola grid ini tidak didasari oleh pola grid struktur. Hal ini mungkin dengan pertimbangan besaran kios dan sirkulasi yang lebih mempertimbangkan aspek ekonomi semata. Akibat penataan ini, dapat dijumpai sejumlah kolom yang berada ditengah-tengah koridor antar kios.




Gambar 1.3. Denah Lantai 2 (atas) dan Lantai 1 (bawah) Toko Buku Shoping
Sumber : Arsip Peneliti


Bentuk bangunan yang memiliki keseimbangan asimetris, dapat menjadi salah satu penyebab penataan kios di dalam toko buku shoping. Bentuk asimetrik bangunan, diduga karena disain bangunan secara keseluruhan, merupakan bagian dari gedung utama Taman Pintar yang hingga kini masih dalam proses finishing.  

Akses utama dicapai melalui bagian tengah bangunan yang menuju pada sirkulasi utama. Akses ini hanya memberikan kemudahan pengunjung untuk mencapai sisi utara dan selatan bagian dalam bangunan serta menuju lantai dua toko buku shoping. Akses menuju taman pintar, untuk sementara waktu ini, belum dapat diakses langsung dari dalam toko buku. Namun jalur pencapainnya sudah mulai dibangun oleh pihak pelaksana.

Sirkulasi utama berada pada sumbu utama toko buku shoping yang membagi dua bagian bangunan ini dalam bentuk asimetris. Sirkulasi utama ini juga menghubungkan toko buku shoping dengan gedung utama Taman Pintar, dimana toko buku shoping merupakan bagian dari fasilitas taman pintar ini.

Tangga sebagai jalur sirkulasi menuju lantai dua, terbagi atas dua macam. Yaitu tangga utama yang berada di bagian ujung sirkulasi utama dan tangga penunjang yang terletak pada sisi luar bangunan. Tangga utama yang terbuat dari material logam, memiliki lokasi yang sangat strategis dan mudah untuk dijangkau. Sementara tangga penunjang, dengan ukuran yang lebih kecil, cenderung untuk tersembunyi.

Koridor menjadi salah satu media sirkulasi di dalam bangunan yang menghubungkan antar kios dan akses pintu masuk. Koridor ini tersebar merata di dalam bangunan dan memiliki ukuran antara satu hingga dua meter. 

d. Pencahayaan
Pencahayaan di dalam gedung toko buku shoping, menggunakan dua sistem yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pada pengamatan di lapangan, pencahayaan di dalam gedung baik pada siang dan malam hari, menggunakan pencahayaan buatan. Hal ini diduga karena kuat pencahayaan dengan menggunakan pencahayaan alami di sejumlah titik, pada siang hari, tidak memenuhi standar minimal kuat pencahayaan ruang dalam. 

d.1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami pada gedung toko buku shoping, terdiri atas dua macam, yaitu pencahayaan langsung dan tidak langsung. Pencahayaan alami langsung, terdapat pada area yang terletak disisi timur bangunan dan sebagian sisi selatan. Pencahayaan langsung pada sisi timur bangunan hanya ditangani melalui kanopi-kanopi dan pepohonan untuk mengurangi tingkat kesilauan sinar matahari. Sementara pada sisi selatan, digunakan kisi-kisi lubang penghawaan yang berguna untuk mengurangi intensitas cahaya matahari. 





Gambar 1.4. Kondisi Pencahayaan Alami Langsung pada Toko Buku Shoping
Sumber : Arsip Peneliti

Pencahayaan alami tidak langsung, adalah menggunakan atap skylight yang terdapat di bagian sumbu utama bangunan. Atap skylight ini terbuat dari bahan polycarbonat berwarna hijau transparan yang memungkinkan terjadinya reduksi kuat pencahayaan alami disiang hari. Skylight ini menerangi lantai satu dan dua. Hal ini dikarenakan pada bagian tersebut terdapat pelubangan (void) yang memberikan kemudahan pentebaran cahaya yang telah direduksi oleh atap polycarbonat.

Pencahayaan alami tidak langsung lainnya adalah pada bagian tangga utama yang menggunakan atap polycarbonat berwarna putih semi transparan. Penggunaan   bahan polycarbonat berwarna putih transparan nampaknya dimaksudkan untuk memberikan penerangan yang cukup guna memudahkan pengguna menggunakan tangga secara aman. 





Gambar 1.5. Pencahayaan Alami Tidak Langsung pada Toko Buku Shoping
Sumber : Arsip Peneliti

d.2. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan pada bangunan toko buku shoping, menggunakan dua macam lampu, yaitu lampu TL dan lampu pijar. Lampu TL yang digunakan adalah lampu jenis fluorescent warna putih (neon) dengan daya sebesar 40 Watt. Lampu ini digunakan utamanya pada area sirkulasi pengunjung dan kios buku.  




Gambar 1.6. Pencahayaan Buatan pada Toko Buku Shoping
Sumber : Arsip Peneliti


 e. Material Interior
Toko buku shoping, dibangun dengan menggunakan konsep kios-kios yang mengisi seluruh ruang dalamnya. Kios-kios ini dibangun dengan menggunakan material kayu yang diberi warna krem muda dengan rolling door alumunium sebagai pengamanannya. 

Setiap kios memiliki ukuran 3 hingga 3,5 X 3 meter. Dinding dengan bahan kayu yang dipoles warna krem muda sementara plafond, mengikuti plafond utama bangunan dengan material beton konkret dengan warna krem muda.



Gambar 1.7. Kondisi dinding dan plafon Toko Buku Shoping
Sumber : Arsip Peneliti

Ketinggian setiap ruangan adalah 4 meter yang diukur dari lantai hingga plafond. Material lantai adalah terbuat dari ubin keramik berwarna putih. Ubin berwarna putih ini mengisi sebagian besar lantai ruangan, terkecuali pada lantai sirkulasi utama/hall yang diberikan suatu motif tertentu. 





Gambar 1.8. Kondisi Lantai Toko Buku Shoping
Sumber : Arsip Peneliti

2.1. Pengukuran Pencahayaan
a. Pengukuran          
Pengukuran pencahayaan didalam ruangan baik buatan maupun alami, dilakukan dengan menggunakan alat jenis lightmeter yaitu lux hi tester buatan Hioki. Alat ini merupakan barang inventarisasi laboratorium fisika bangunan jurusan teknik Arsitektur Universitas Gadjahmada Yogyakarta. 

Lightmeter adalah alat yang mengukur kuat penerangan (dalam lux) di dalam suatu ruangan. Alat ini memiliki tiga level pengukuran yaitu :
a. Tingkat pengukuran hingga 300 lux
b.Tingkat pengukuran hingga 1000 lux
c. Tingkat pengukuran hingga 3000 lux.

Cara kerja alat ini adalah dengan menggunakan alat sensor yang diarahkan pada sumber cahaya. Sementara hasil pengukuran dapat terlihat pada skala metrik yang menggunakan satuan lux. Dengan mengatur level pengukuran sesuai dengan kondisi pencahayaan, akan didapatkan hasil pengukuran yang tepat. 




Gambar 2.1. a : alat lux hi meter; b : alat sensor; dan c : skala metrik pengukuran
Sumber : Data pengamatan Lapangan

Menurut Mangunwijaya, tingkat kekuatan cahaya di luar ruangan atau pada suatu ruang terbuka di siang hari dengan kondisi langit cerah adalah sebesar 10.000 lux. Kuat  penerangan paling tinggi ini terjadi pada saat siang hari sekitar jam dua siang. Dengan berdasar ketetapan ini, maka pengukuran terhadap kondisi pencahayaan ruang dalam toko buku shoping pada siang hari, dilakukan. Titik-titik pengukuran, ditetapkan berdasar pada suatu grid yang bersesuaian dengan letak titik lampu didalam toko.  

 
b. Hasil pengukuran
Hasil pengukuran pada siang hari dengan menggunakan alat lux hi tester, menunjukkan sejumlah variasi pengukuran dari tingkat dibawah 10 lux hingga diatas 3000 lux. Hasil ini dapat terlihat pada pemetaan hasil pengukuran pada denah lantai satu dan dua toko buku shoping dibawah ini. 

Hasil pengukuran pada lantai satu dan dua memiliki sejumlah kesamaan menyangkut besarnya kuat penerangan di siang hari. Hasil ini diduga karena jumlah bukaan bagi masuknya cahaya matahari secara langsung maupun tidak langsung, menjangkau setiap lantai secara merata.  


Gambar 2.2. Hasil Pengukuran Pencahayaan pada Lantai 1 (atas) dan Lantai 2 (bawah)
Sumber : Data Hasil Pengukuran Lapangan Penulis

 Hasil ini dapat pula diamati dengan pemetaan warna  sebagaimana diperlihatkan pada gambar dibawah. Warna-warna yang digunakan, mewakili suatu tingkat penerangan tertentu.  





Gambar 2.3. Hasil Pencitraan Kuat Pencahayaan (dalam Lux) pada Lantai 1 (bawah) dan  Lantai 2 (atas)
Sumber : Data Penulis

2.2.  Tanggapan Pengguna
Angket disebar untuk mendapatkan data kualitatif mengenai respon pengguna terhadap kualitas pencahayaan ruang dalam pada toko buku shopping

a. Penyebaran Angket/Kuesioner
Angket disebar secara purporsif dengan sejumlah ketentuan. Ketentuan ini menyangkut kriteria responden dan kriteria penyebaran angket kuesioner.  Kriteria responden :
  1. Usia antara 15 hingga 24 tahun, dengan responden berusia antara 15 hingga 24 tahun, diharapkan, kualitas penglihatan responden cukup baik untuk menilai kualitas pencahayaan yang jatuh pada bidang kertas yang sedang dibacanya.
  2. Tidak menggunakan kaca mata, hal ini sesuai dengan penjelasan diatas.
  3. Responden bukan merupakan anggota pedagang kios buku. Hal ini dilakukan agar hasil pengukuran dapat se-obyektif mungkin dilakukan.

b. Kriteria penyebaran angket
Angket disebarkan dengan berdasar pada ketentuan sebagai berikut :
  1. Angket disebar pada jam yang sama dengan jam pengukuran alat
  2. Angket disebar pada posisi yang sesuai dengan posisi pengukuran alat
Kedua ketentuan tersebut diatas, dilakukan karena hasil tanggapan responden terhadap kualitas pencahayaan akan dibandingkan dengan hasil pengukuran pencahayaan ruang dalam yang dilakukan dengan menggunakan alat  lux hi tester.



 Gambar 2.4. Posisi Responden pada pembagian angket di lantai 1 (b) dan 2 (a)

Sumber : Data Penulis

c. Isi angket
Angket pada dasarnya adalah alat untuk mengukur respon seseorang terhadap sesuatu hal. Angket dapat pula digunakan untuk menguji atau membuktikan sesuatu hal. Angket respon pengguna toko buku shoping adalah angket yang ditujukan bagi pengunjung toko buku shoping berkenaan dengan respon atau tanggapan mereka terhadap kualitas pencahayaan didalam ruangan.

d. Hasil quesioner
Hasil angket terhadap 210 pengunjung yang tersebar di 42 titik lokasi (lima responden setiap titik lokasi) pengamatan menunjukkan data umum seperti dibawah ini :




tabel 2.1. Distribusi Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah
Prosentase
Mahasiswa
127
60,47
Pelajar
48
22,85
Karyawan
11
5,23
Lain-lain
24
11,42

 Sumber : Hasil Amatan dan Olahan

Berdasar tabel 2.1. mengenai distribusi jenis pekerjaan, mahasiswa menjadi kelompok terbanyak pengunjung toko buku shoping (60,47%) disusul pelajar (22,85%), lain-lain (11,42 %) dan kelompok terrendah pengunjung toko buku shopping adalah karyawan (5,23%)

tabel 2.2. Distribusi Jumlah Kunjungan
Jumlah Kunjungan dalam 1 bulan
Jumlah Responden
Prosentase
1 - 5
126
60
6 - 10
35
16,67
11 - 20
37
17,61

Sumber : Hasil Amatan dan Olahan


Berdasar tabel 2.2. mengenai distribusi jumlah kunjungan, pengunjung lebih banyak datang  antara 1 hingga 5 kali dalam sebulan (60%), disusul 6 hingga sepuluh kali (16,67), 11 hingga 20 kali (17,61%).  Sementara pengunjung lebih sedikit melakukan kunjungan antara 21 hingga 30 kali dalam sebulan (11,42%)

tabel 2.3. Distribusi Tujuan Berkunjung
Tujuan Berkunjung
Jumlah Responden
Prosentase
Mencari Buku
132
62,85
Membeli Buku
78
37,14

 Sumber : Hasil Amatan dan Olahan

Berdasar tabel 2.3. mengenai distribusi tujuan berkunjung, pengunjung lebih banyak berkunjung ke toko buku shoping untuk mencari buku (62,85%) dibandingkan untuk membeli buku (37,14%).
 
tabel 2.4. Distribusi Jenis Kelamin Pengunjung
Jenis Kelamin
Jumlah Pengunjung
Prosentase
Wanita
144
68,57
Pria     
66
31,42


Sumber : Hasil Amatan dan Olahan


Berdasar tabel 3.4. mengenai distribusi jenis kelamin pengunjung, pengunjung wanita lebih banyak datang  (68,57%) dibandingkan pengunjung pria (31,42%).

Sementara, berdasarkan jumlah pengunjung yang berhasil dikumpulkan pendapatnya berkaitan dengan pertanyaan khusus, dapat disajikan dalam tabel dibawah ini :



Tabel 2.5. Hasil Angket Pertanyaan Khusus terhadap pengunjung di lantai 1.
Lokasi
Pertanyaan A
Pertanyaan B
Jawaban a
Jawaban b
Jawaban c
Jawaban a
Jawaban
b
Jawaban c
1
5
-
-
4
1
-
2
5
-
-
5
-
-
3
5
-
-
5
-
-
4
5
-
-
5
-
-
5
5
-
-
5
-
-
6
5
-
-
4
1
-
7
5
-
-
4
1
-
8
4
-
1
3
1
1
9
5
-
-
4
1
-
10
5
-
-
5
-
-
11
3
-
2
3
2
-
12
5
-
-
4
1
-
13
4
-
1
4
1
-
14
3
-
2
2
3
-
15
3
-
2
2
3
-
16
4
-
1
3
2
-
17
4
-
1
3
1
1
18
4
-
1
4
1
-
19
3
-
2
2
3
-
20
4
-
1
4
-
1
21
3
-
2
3
2
-
jumlah
90
0
15
79
23
3
prosentase
85,71%
0%
14,28%
75,23%
21,9%
2,85%

 Sumber : Hasil Amatan dan Olahan
Keterangan Angket :
Jawaban angket berdasar pada pertanyaan :
  1. Apakah anda dapat membaca tulisan pada buku/majalah/koran dengan jelas. Jawaban  : a. Bila Ya ; b. bila Tidak ; c. bila tidak terlalu
  2. Apakah mata anda terasa lekas letih bila membaca pada tempat anda sekarang. Jawaban : a. Bila Ya ; b. bila Tidak ; c. bila tidak terlalu


Dari tabel 2.5, secara umum, sebanyak 90 dari 105 pengunjung dilantai satu, menyatakan mereka dapat membaca tulisan/huruf pada majalah,buku atau koran dengan baik (85,71%) , sementara sisanya 15 orang menyatakan mereka tidak terlalu baik dalam membaca tulisan/huruf pada majalah,buku atau koran (14,28%). Sementara sebanyak 75,23% pengunjung merasa letih membaca dan 21,9% menyatakan tidak letih membaca, dan sisanya 2,85% menyatakan bahwa mereka tidak terlalu letih membaca pada lokasi mereka berada. 

Untuk lantai 2 adalah sebagai berikut :

 
Tabel 2.6. Hasil Angket Pertanyaan Khusus terhadap pengunjung di lantai 2.
Lokasi
Pertanyaan A
Pertanyaan B
Jawaban a
Jawaban b
Jawaban c
Jawaban a
Jawaban
b
Jawaban c
1
5
-
-
5
-
-
2
5
-
-
5
-
-
3
5
-
-
5
-
-
4
5
-
-
3
1
1
5
5
-
-
4
-
1
6
5
-
-
5
-
-
7
5
-
-
4
-
1
8
4
-
1
3
1
1
9
5
-
-
4
1
-
10
5
-
-
5
-
-
11
3
-
2
2
3
-
12
5
-
-
4
1
-
13
4
-
1
4
1
-
14
3
-
2
2
3
-
15
3
-
2
2
3
-
16
4
-
1
2
2
1
17
4
-
1
3
1
1
18
4
-
1
4
1
-
19
3
-
2
2
3
-
20
4
-
1
4
-
1
21
3
-
2
3
2
-
jumlah
89
0
16
75
23
7
Prosentase
84,76%
0%
15,23%
71,42%
21,90%
6.67%

 Sumber : Hasil Amatan dan Olahan

Dari tabel 2.6, secara umum, sebanyak 89 dari 105 pengunjung dilantai dua, menyatakan mereka dapat membaca tulisan/huruf pada majalah,buku atau koran dengan baik (84,76%) , sementara sisanya 16 orang menyatakan mereka tidak terlalu baik dalam membaca tulisan/huruf pada majalah,buku atau koran (15,23%). Sementara sebanyak 71,42% pengunjung merasa letih membaca dan 21,9% menyatakan tidak letih membaca, dan sisanya 6,67% menyatakan bahwa mereka tidak terlalu letih membaca pada lokasi mereka berada. 

3. Analisa dan Rekomendasi
Analisa terhadap kualitas pencahayaan didalam ruang pada toko buku shoping, dilakukan dengan membandingkan kondisi pencahayaan eksisting terhadap standar kebutuhan pencahayaan didalam ruang. Hasil analisis ini akan dibandingkan (dirasionalisasikan) dengan tanggapan sejumlah pengunjung terhadap kualitas pencahayaan di dalam ruang.
Analisis dengan menggunakan model triangulasi ini, diharapkan dapat menjelaskan bagaimana kualitas pencahayaan toko buku shoping, serta penyebab kualitas pencahayaan tersebut.
3.1. Triangulasi
Berdasar pada hasil pengukuran dengan menggunakan alat lux hi tester, didapatkan hasil pengukuran seperti yang telah diungkapkan pada bagian 2 yaitu bahwa hasil pengukuran pada siang hari dengan menggunakan alat lux hi tester, menunjukkan sejumlah variasi pengukuran dari tingkat dibawah 10 lux hingga diatas 3000 lux.

 Sementara berdasar standar kebutuhan pencahayaan sesuai tabel 3.1 (tabel kebutuhan iluminasi) didapatkan ketentuan bahwa kebutuhan penerangan minimum untuk kegiatan membaca (kerja umum dengan detail wajar) adalah sebesar 400 lux.

 

Tabel 3.1.  Kebutuhan iluminasi
Kerja Visual
Iluminasi (lux)
Penglihatan biasa
100
Kerja umum dengan detail besar
200
Kerja umum dengan detail wajar
400
Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio gambar, menjahit)
600
Kerja keras, lama, detail kecil (perakitan barang halus, menjahit dengan tangan)
900
Kerja sangat keras, lama,detail sangat kecil (pemotongan batu mulia, mengukur benda-benda sanagat kecil)
1.300 – 2.000
Kerja luar biasa keras, lama dengan detail sangat kecil (reparasi arloji, pembuatan instrumen)
2.000 – 3.000
(Sumber : Satwiko, Prasasto, 2004 : 93)




Dengan demikian, terdapat sejumlah titik pada lokasi pengamatan yang memiliki tingkat pencahayaan diatas dan dibawah standar minimum pencahayaan ruang. Daerah-daerah disekitar koridor antar kios, memiliki tingkat pencahayaan sebesar 40 hingga 200 lux yang berarti jauh dibawah kualitas minimum kebutuhan pencahayaan sebesar 400 lux. 

Sementara area koridor yang berada dibagian samping dan depan toko, memiliki tingkat pencahayaan sebesar 500 hingga lebih dari 2000 lux yang berarti berada diatas batas minimum kebutuhan pencahayaan. 

Berdasar hasil angket yang diberikan pada para pengunjung, didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar pengunjung, dapat membaca tulisan pada buku, majalah atau koran yang mereka baca, namun sebagian besar dari mereka merasa letih dalam membaca pada lokasi mereka berada. Hal ini bila dikaitkan dengan hasil analisa pada alinea diatasnya, dapat diintepretasikan bahwa sebagian besar pengunjung, melakukan proses adaptasi yang sangat besar dalam membaca tulisan pada buku, majalah atau koran yang mereka baca. Pernyataan ini dapat diperkuat dengan pernyataan sebagian besar pengunjung yang merasa letih dalam membaca tulisan pada buku, majalah atau koran yang mereka baca pada lokasi mereka berada.

3.2. Hasil Analisa
Berdasar data-data yang telah dikumpulkan, didapat sejumlah hasil yaitu :
  1. Kualitas penerangan pada daerah koridor antar kios berada dibawah standar kebutuhan penerangan.
  2. Kualitas penerangan di daerah koridor pada bagian samping dan depan toko buku,  berada di atas standar kebutuhan penerangan.
  3. Sebagian besar pengunjung berusaha beradaptasi dalam membaca tulisan pada buku, majalah atau koran yang mereka baca.
3.3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasar hasil analisa kualitas pencahayaan toko buku shoping, adalah sebagai berikut :
  1. Pada sejumlah bagian toko buku shoping, tingkat pencahayaan dalam ruangan, tidak memenuhi standar kebutuhan pencahayaan.
  2. Akibat tidak memenuhi kebutuhan pencahayaan tersebut, para pengunjung melakukan proses adaptasi yang dapat merugikan kesehatan penglihatan mereka.
3.4. Saran dan Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan atas kondisi pencahayaan toko buku shoping adalah sebagai berikut :
  1. Menambah jumlah pencahayaan buatan pada daerah disekitar koridor antar kios yang berada di bawah standar kebutuhan pencahayaan minimum.
  2. Memberikan tambahan media penyaring (sun screen, buffer, dll) guna mengurangi intensitas cahaya matahari yang datang pada daerah disekitar koridor pada bagian depan dan samping toko buku shoping. 



 4. Daftar Pustaka  Acuan
Mangunwijaya, Y.B.,Pengantar Fisika Bangunan, 2000, Penerbit Djambatan, Jakarta
Satwiko, Prasasto, Fisika Bangunan, 2004, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta





















 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar