Kamis, 22 Mei 2014

Makalah Arsitektur 7 : Revitalisasi Kawasan Keraton Sri Negara di Kabupaten Sekadau



Revitalisasi  Kawasan Keraton Sri Negara di Kabupaten Sekadau


Chandra Bayu1, R. Puspito Harimurti1

 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Politeknik Negeri Pontianak


Abstrak

Keraton Sri Negara adalah salah satu keraton yang ada di Kalimantan Barat. Sebagai salah satu pusat pemerintahan Islam di propinsi Kalimantan Barat, keraton ini sebagaimana kondisi keraton-keraton lainnya di Kalimantan Barat, telah m,engalami penurunan kualitas, baik, secara fisik, sosial, budaya, ekonomi maupun politis.
Revitalisasi adalah program pemerintah dalam melaksanakan penataan dan revitalisasi kawasan dari potensi – potensi yang dimiliki baik dari segi sosio – cultural, sosio – ekonomi, segi fisik dan lingkungan untuk melindungi dan melestarikan kawasan bersejarah, khususnya Keraton Sri Negara di Kabupaten Sekadau – Kalimantan Barat.
Berdasarkan luas area kajian, dengan melihat karakter dan permasalahan yang ada dalam setiap area wilayah, maka kawasan kompleks keraton dapat dibagi dalam tiga segmen utama. Dimana segmen pertama meliputi area jalan keramat hingga jalan Masjid At Taqwa dengan pusat sub kawasan adalah masjid At Taqwa. Segmen ke dua adalah meliputi kawasan sepanjang jalan masjid At Taqwa dan jalan Sultan Anum dengan pusat sub kawasan adalah istana keraton Sekadau. sementara segmen ke dua adalah sepanjang jalan masjid At Taqwa menuju kompleks Istana Kaca yang berada di area pusat kota lama Kabupaten Sekadau. Sementara berdasarkan jangka waktu realisasi program, maka realisasi seluruh program, dapat dibuat dalam tiga tahun anggaran

Tinjauan Sejarah
Kerajaan Sekadau adalah salah satu kerajaan di Kalimantan Barat yang dibangun oleh masyarakat Dayak. Awal mula berdirinya kerajaan ini, seringkali dikaitkan dengan hikayat putri Dara Nante yang merupakan seorang putri pangeran dari negeri Johar (Malaysia). Putri Dara Nante menikah dengan Babai Cinga, dan berkelana bersama rombongannya untuk menemukan daerah yang dapat mereka huni (kini menjadi Sanggau). Rombongan Putri Dara Nante dan Babai Cinga yang dipimpin oleh Singa Patih Bardat dan Patih Bangi berkelana menyusuri sungai Kapuas. Dalam perjalanannya, rombongan ini terpecah menjadi dua bagian, dimana rombongan Patih Bangi yang meneruskan perjalanan ke daerah Hulu Sungai Kapuas, menjadi leluhur suku dayak Malawang yang menurunkan raja-raja di Sekadau. Sementara rombongan Singa Patih Bardat menurunkan suku Kematu, Benawas Melawang dan Sekadau.
Pada awalnya kerajaan Sekadau terletak di daerah Kematu, lebih kurang 3 kilometer sebelah hilir Rawak. Di daerah ini banyak terdapat makam Sultan-Sultan. Kemudian dari Kematu dipindahkanlah ke Sekadau, di Kampung Sungai Bara. Disinilah ibukota Kesultanan Sekadau dibangun, dengan Istananya sebagai pusat pemerintahan.
Raja pertama Sekadau adalah Pangeran Engkong yang memiliki tiga putra, yakni Pangeran Agong, Pangeran Kadar dan Pangeran Senarong. Sesudah Pangeran Engkong wafat, kerajaan diteruskan oleh putra keduanya, Pangeran Kadar, karena dinilai lebih bijaksana dari putra-putra yang lain. Karena kecewa, Pangeran Agong kemudian meninggalkan Sekadau menuju daerah Lawang Kuwari. Sedangkan Pangeran Senarong kemudian menurunkan penguasa kerajaan Belitang.
Setelah Pangeran Kadar wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota Pangeran Suma. Pangeran Suma pernah dikirim orangtuanya untuk memperdalam pengetahuan agama Islam ke kerajaan Mempawah, karena itu pada masa pemerintahannya agama Islam berkembang pesat di kerajaan Sekadau. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung Sungai Bara dan sebuah masjid kerajaan didirikan di sana. Pusat dan kota pemerintahan Kerajaan Sekadau inilah yang bertahan hingga saat ini.

Tinjauan Kondisi Fisik
Berdasarkan laporan inventarisasi keraton se-Kalimantan Barat (2002), terdapat beberapa artefak peninggalan kerajaan Sekadau, yaitu :
  • Istana Sekadau, Istana yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan Kerajaan. Pada masa lalu situs istana sekadau  hanya berupa  tiang-tiang penyangga saja. Saat ini, kondisi fisik keraton telah menjalani proses rekonstruksi pada tahap struktur utama.
  • Masjid Jami’ At-Taqwa, Masjid jami’ selain sebagai tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan hari-hari besar Islam. Masjid Jamu’ At-Taqwa kini menjadi pusat aktifitas pelestarian budaya keraton Sekadau, hal ini disebabkan karena program kegiatan rekonstruksi ulang keraton Sekadau belum selesai dikerjakan. Nantinya, apabila rekonstruksi ulang keraton Sekadau telah selesai, maka pusat kegiatan budaya akan dipusatkan pada istana keraton Sekadau.
  • Makam Sultan-sultan Sekadau. Kompleks makam ini berada dibelakang istana Keraton Sekadau dan hingga kini masih dikunjungi oleh para kerabat terutama didalam menyambut kegiatan bulan suci Ramadhan.
  • Rumah Panembahan, Rumah Panembahan ( Istana Kaca ) dahulu berfungsi sebagai  rumah tinggal Panembahan beserta keluarga dan kerabatnya juga sebagai tempat pertemuan dan kegiatan  pemerintahan. Sedangkan bangunan di kiri dan kanannya berfungsi sebagai tempat tinggal abdi dalem. Kini kondisi fisik rumah Panembahan kian memprihatinkan akibat minimnya perawatan dan sentuhan akan perbaikan fisik bangunan tersebut oleh pihak berwenang.
  • Rumah Assisten Panembahan, Fisik bangunan saat ini sudah tidak ada, yang dahulu berfungsi sebagai tempat kediaman assisten panembahan beserta keluarga.
  • Pesanggrahan, Fisik bangunan juga sudah tidak ada lagi dan pada waktu itu fungsi pesanggrahan adalah sebagai tempat tinggal permaisuri Sultan Sekadau.
  • Dermaga, Berfungsi sebagai pusat transportasi air (kendaraan Sultan) pada waktu itu.


 Gambar 1. Kondisi fisik bangunan peninggalan Kesultanan Sekadau

( Sumber : Hasil Olahan Peta)


Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis pada kajian kawasan lingkungan keseultanan Sekadaui,  dapat disimpulkan sejumlah masalah umum yaitu :
a. Menyangkut struktur kawasan secara keseluruhan,
  • Ditemukan bahwa struktur Kawasan Belum berimbang, dimana pemusatan aktifitas penduduk lebih cenderung ada pada kawasan istana kaca dibandingkan pada kawasan inti keraton di desa Mungguk. 
  • Terjadi adanya  privatisasi atas ruang publik, hal ini dapat terlihat pada penggunaan area-area tepian sungai bagi aktifitas individu masyarakat, pelebaran aktifitas hunian menuju pada badan jalan, terutama guna aktifitas perdagangan dan parkir kendaraan. 
  • Karakter Lingkungan belum terbentuk. Karakter lingkungan yang seharusnya dapat dibentuk melalui elemen-elemen citra kawasan, belum tertata dengan semestinya. 
  • Tidak adanya pengendalian terhadap pembangunan baru
  • Fasade bangunan tidak memiliki kekuatan karakter kawasan
  • Penambahan bangunan di pinggir sungai cenderung membelakangi sungai
 Gambar 2. Kondisi Pemanfaatan Lahan


 (Sumber : Hasil Olahan Peta)


b. Dalam kaitannya terhadap masalah Sirkulasi dan Parkir, ditemukan sejulah masalah yaitu :
•    Lebar Jalan Terutama yang melalui situs-situs keraton tergolong kecil
•    Jalur pejalan kaki yang akan menuju situs makam belum tertata dengan baik
•    Fasilitas parkir kendaraan masih bersifat a'la kadarnya

 Gambar 3. Kondisi sirkulasi kendaraan dan orang



  (Sumber : Hasil Olahan Peta)

 c. Sementara terhadap masalah Penanda dan elemen  street, ditemukan sejumlah masalah yaitu : 
  • Papan Nama dan keterangan bangunan bersejarah dibuat tanpa  mempertimbangkan bentuk dan karakter lingkungan
  • Gerbang kawasan belum menampilkan karakter kawasan bersejarah.
  • Tidak tersedianya jalur pejalan khaki
  • Kondisi jalan tidak menunjukkan identitas kawasan berejarah
  • Tidak ditemukannya elemen-elemen street pembentuk karakter kawasan bersejarah

Gambar 4. Kondisi Penanda Kawasan

   (Sumber : Hasil Olahan Peta)


 d. Sementara menyangkut masalah Tata Guna Lahan, ditemukan masalah-masalah :

  • Area terbuka hijau belum tertata dan mengakomodir kegiatan budaya
  • Sarana transportasi bersifat darurat dan a'la kadarnya
  • Sejumlah situs-situs bersejarah belum tersentuh oleh penataan maupun upaya perbaikan perawatan
  • Sejumlah sarana bagi kegiatan budaya, belum tertata maupun  terkelola dengan baik
  • Area makam belum tertata dengan baik dan mengalami pengaburan akan teritorialitasnya akibat adanya makam-makam baru

                                                         Gambar 5. Kondisi Tata Guna Lahan

(Sumber : Hasil Olahan Peta)



Tujuan Kegiatan Revitalisasi
Revitalisasi kawasan pada lingkungan Keraton Sri Negara, Kabupaten Sekadau, dilakukan dengan tujuan

  • Sebagai upaya untuk melaksanakan penataan dan revitalisasi kawasan dari potensi – potensi yang dimiliki baik dari segi sosio – cultural, sosio – ekonomi, segi fisik dan lingkungan untuk melindungi dan melestarikan kawasan Keraton Sri Negara Kabupaten Sekadau – Kalimantan Barat.
  • Meningkatkan vitalitas kawasan lama melalui intervensi yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilita sekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota yang layak huni, berkeadialan sosial serta berwawasan budaya dan lingkungan.
  • Terberdayakannya pertumbuhan ruang ekonomi yang pada gilirannya akan dapt meningkatkan aktifitas dan kenyamanan lingkungan kota serta akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas hidup penghuni bahkan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi lokal

Sasaran
Adapun sasaran didalam kegiatan penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Keraton Sri Negara adalah sebagai berikut:

  • Tersusunya identifikasi terhadap kajian sejarah, fisik dan sosial – ekonomi pada kawasan Keraton Sri Negara Sekadau.
  • Tersusunya Aspirasi Masyarakat(Community Need)dan pemerintah Daerah ( Stakeholder Need)didalam mewujudkan keinginan-keinginan didalam penataan yang akan dilakukan.
  • Terbentuknya rumusan Potensi dan Masalah berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilasaknakan.
  • Terwujudnya Analisa Penataan kawasan didalam mewujudkan kawasan yang memiliki prasarana dasar didalam mengangkat kembali penurunan kualitas lingkungan.
  • Tersusunya Analisa Revitalisasi kawasan dalam rangka menghidupkan kembali (Pengembangan) nilai-nilai sosio – cultural dan sosio ekonomi pada kawasan Keraton Sri Negar dan Sekitarnya.
  • Terwujudnya Masterplan penataan kawasan yang berbasis pada aspirasi masyarakat.
  • Terbentuknya Program penataan Kawasan dan Revitalisasi keraton sebagai rencana-rencana operasional masterplan kawasan.
  • Rencana Investasi kawasan yang terbagi dalam 5 (lima) Tahun Pelaksanaan program Kegiatan.
  • Tersusunnya gambar-gambar rancangan detail desain kawasan yang dilengkapi dengan  Gambar Kerja Pelaksanaan.
 Gambar 6. Segmentasi Area Kajian



Program Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Guna memudahkan cakupan fokus area kajian, maka program-program revitalisasi dan penataan kawasan keraton Sekadau, dapat dibagi berdasar jangka waktu relisasi program serta luas area kajian.
Berdasarkan luas area kajian, dengan melihat karakter dan permasalahan yang ada dalam setiap area wilayah, maka kawasan kompleks keraton dapat dibagi dalam tiga segmen utama. Dimana segmen pertama meliputi area jalan keramat hingga jalan Masjid At Taqwa dengan pusat sub kawasan adalah masjid At Taqwa. Segmen ke dua adalah meliputi kawasan sepanjang jalan masjid At Taqwa dan jalan Sultan Anum dengan pusat sub kawasan adalah istana keraton Sekadau. sementara segmen ke dua adalah sepanjang jalan masjid At Taqwa menuju kompleks Istana Kaca yang berada di area pusat kota lama Kabupaten Sekadau. Sementara berdasarkan jangka waktu realisasi program, maka realisasi seluruh program, dapat dibuat dalam tiga tahun anggaran.
 


          Segmen Pertama
Sebagaimana telah disebutkan diatas, wilayah/segmen pertama untuk kawasan keraton Sekadau adalah meliputi area sepanjang jalan Kramat dan sebagian area sepanjang jalan Masjid At TAqwa, dengan Masjid  Jami’ At Taqwa sentral atau pusat segmen pertama kawasan
Program-program yang dapat diusulkan berkaitan dengan segmen pertama ini adalah :

  • Pembuatan Gerbang Utama Kawasan. Sebagai edge (pembatas) suatu district kawasan budaya dengan ruang diluar kawasan, perlu kiranya diciptakan sebuah penanda batas (edge) dari kawasan Keraton. Gerbang utama ini nantinya selain berperan sebagai entry foyer menuju kawasan budaya, juga dapat menjadi sebuah landmark tersenderi bagi segmen pertama kawasan ini.
  • Penataan Zone entrance menuju area istana dan masjid yang meliputi elemen-elemen street furniture  dengan seluruh kelengkapan infrastruktur kawasan guna mempertegas karakter kawasan
  • Peningkatan kualitas jalan dan pergerakkan terutama dalam menampung dan memberikan nilai kenyamanan aksesibilitas di dalam kawasan
  • Peningkatan kualitas jaringan utilitas kawasan, terutama jaringan drainase yang ada di dalam kawasan.
  • Peningkatan kualitas layanan jaringan drainase Masjid jami’ At Taqwa
  • Penataan ruang terbuka hijau yang berada di depan Masjid At TAqwa guna mendukung pewadahan aktifitas budaya keraton
  • Penataan area tepian sungai (riverfront) , terutama guna mencegah terjadinya erosi permukaan tanah oleh sungai, juga guna meningkatkan layanan sarana prasarana berkaitan dengan penggun aan moda transportasi air bagi masyarakat yang akan berkunjung ke kawasan keraton. Selain itu, penataan area tepian sungai, juga dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas visual kawasan keraton dari tengah sungai
  • Penataan ulang dan revitalisasi ruang-ruang komersial bagi public (masyarakat sekitar). Hal ini perlu dilakukan, guna memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar akan program reviitalisasi dan penataan kawasan budaya. Selain itu, program ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masayarakat di kawasan tersebut.
  • Relokasi fasilitas sanitasi kawasan tepian sungai.
  • Penyediaan fasilitas dermaga guna mendukung kegiatan seni budaya berkaitan dengan adat budaya keraton
 
 Gambar 7. Program-program pada Segmen 1



          Segmen Ke-dua
Segemen ke-dua dari penataan dan revitalisasi kawasan keraton adalah meliputi area tepian sungai  (jalan Masjid  Jami’ At Taqwa) yang ada di depan istana Keraton Sekadau, area makam-makam Sultan Sekadau dan area sekitar jalan sultan Anum.
Program-program revitalisasi dan penataan kawasan Keraton pada segmen ke-dua ini adalah :

  • Pembuatan Gerbang Sekunder kawasan. Seperti halnya gerbang pertama yang dibangun  sebagai penanda batas wilayah keraton di jalan Kramat, Gerbang ke-dua ini dibangun untuk menandai kawasan budaya ditinjau dari jalan Sultan Anum. Kedua gerbang ini, bersama-sama dengan istana Keraton sekadau, Istana Kaca, Masjid Jami At Taqwa dan kompleks Makam Sultan sekadau, menjadi landmarks bagi kawasan keraton Sekadau.
  • Peningkatan kualitas maupun lebar jalan dan pergerakan, terutama pada  jalan Sultan Anum dan jalur jalan yang menuju dan berada di dalam Makam’
  • Penataan dan revitalisasi area makam Sultan-sultan Sekadau.
  • Peninggian permukaan jalan Masjid Jami At Taqwa
  • Penataan dan penguatan karakter kawasan melalui elemen-elemen street furniture maupun penanda kawasan di sekitar jalan Masjid At Taqwa
  • Penataan area tepian sungai.  kenyamanan fasilitas tepian sungai perlu diperhatikan terutama  terhadap struktur tanah pada tepian sungai (Barau/Talud) dari erosi akibat penggerusan air sungai.
  • Penyediaan fasilitas panggung hiburan untuk even-even seni dan budaya  seta fasilitas pendukungya seperti gardu pandang maupun promenade pada area tepian sungai di depan Keraton
  • Penyediaan fasilitas dermaga guna mendukung kegiatan seni budaya berkaitan dengan adat budaya keraton
  • Peningkatan kualitas jaringan utilitas kawasan
  • Penataan halaman dan  ruang terbuka hijau di sekitar Istana  yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan budaya di dalam Istana keraton Sekadau
Gambar 8. Program-program pada Segmen 2

     





     Segmen ke-tiga
Segmen ke-tiga berada di sepanjang jalan Masjid Jami’ At Taqwa menuju pusat kota lama Sekadau dengan pusat segmen kawasan adalah pada Istana Kaca. Program-program yang dapat diusulkan berkaitan dengan segmen ke-tiga di wilayah ini adalah :

  •  Penataan Zone entrance menuju area istana dan masjid dari jalan Masjid at Taqwa yang meliputi elemen-elemen street furniture  dengan seluruh kelengkapan infrastruktur kawasan guna mempertegas karakter kawasan.
  • Penataan dan penguatan karakter kawasan melalui elemen-elemen street furniture maupun penanda kawasan di sekitar jalan Masjid At Taqwa menuju pusat kawasan segmen ke-tiga (istana Kaca).
  • Penataan dan penguatan karakter maupun teritorialitas kawasan inti segmen ke-tiga yaitu area sekitar Istana Kaca meliputi halaman Istana dan elemen-elemen street furniture yang ada di dalamnya
  • Penataan area tepian sungai di sepanjang jalan Masjid At Taqwa menuju Istana Kaca
  • Penataan dan peningkatan kualitas layanan jaringan drainase lingkungan, terutama di sekitar Istana Kaca. 
  •  Penataan halaman Istana Kaca

 Gambar 9. Program-program Penataan pada Segmen 3

















Daftar Pustaka
Bappeda Kalimantan Barat, 2002,  Laporan Inventarisasi Keraton se-Kalimantan Barat, Pontianak, Kalimantan Barat
BPS Kab Sekadau, 2010, Kabupaten Sekadau dalam Angka 2010, Biro Pusat Statistik Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat
Dirjen Cipta Karya, 2010, Pedoman Penataan dan Revitalisasi Kawasan, Kementrian Pekerjaan Umum, direktorat Jendral Cipta Karya, Jakarta
Lynch, Kevin, 1960, Image of The City, MIT Press, ISBN: 0262120046
Shirvani, Hamid, 1985, Urban Design Process ,  Van Nostrand Reinhold Company








 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar